Galaunya PDI-P, Galaunya Massa Moncong Putih

Galau. Satu kata itu yang tepat untuk mendeskripsikan suasana hati partai banteng moncong putih. Perolehan suara tak sesuai proyeksi jadi masalahnya.

Target PDI-P menang tebal bersama Joko Widodo sebagai calon presiden urung terlaksana. Tertatih-tatih menyentuh 20 persen perolehan suara nasional, membuat  PDI Perjuangan harus berpikir keras lagi untuk pencalonan capres, siapa koalisi yang digandeng, dan siapa calon wakil presidennya. Jum’at (11/4) malam, usai pertemuan mendadak dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Sukarnoputri, Jokowi menyatakan, pihaknya telah menginventarisir, setidaknya ada nama lima calon wakil presiden.

Suasana galau juga terlihat saat Feby Shindya mewawancarai salah seorang simapatisan PDI-Perjuangan yang hadir di lapangan Sunburst, Bumi Serpong Damai. Mereka rela datang dari kampung sebelah, jauh sebelum puncak acara kampanye dimulai. Membawa anggota keluarga lengkap, para penggembira PDI Perjuangan ini mengaku tak tahu aturan KPU, anak di bawah umur tak boleh diajak mengikuti kegiatan politik macam kampanye partai politik.

Kurang eksplorasi isu

Isu yang diambil Feby dalam mengerjakan tugas liputan kampanye untuk mata kuliah Jurnalistik Televisi Universitas Multimedia Nusantara (UMN) ini cukup terfokus. Positifnya, penampilan di depan kamera cukup lancar dan tidak terbata-bata (ambil berapa kali take nih?).

Beberapa kelemahan masih mendasar, yakni kurang berani melempar pertanyaan ke Sugiyarto, peserta kampanye yang memakai baju bergambar caleg PDI Perjuangan. Saat mencecar Sugiyarto mengapa ia dan isteri membawa anaknya ke lokasi kampanye, akan lebih hidup kalau disertakan pertanyaan, “Anda datang sendiri atau dibayar”, “Apakah dijanjikan imbalan atau hadiah untuk per kepala, termasuk apakah anak-anak dihitung”, dan lain sebagainya.

Juga, Feby tak menyertakan teks di layar atau CG –character generator- yang dapat membantu pemirsa mengetahui materi berita ini. Misalnya, CG bisa diketik, “Kampanye PDI-P berlangsung di Lapangan Sunburst, BSD”, “Peserta Kampanye Hadir 2 Jam Sebelum Acara Mulai”, atau “Banyak Peserta Kampanye Membawa Anak-Anak”.

Selain itu, di antara 1 menit 50 detik laporan Feby, ada baiknya bila tak hanya berfokus ke posisi Feby, pada beberapa detik bisa ditampilkan insert / gambar belanjaan liputan kampanye, menutupi sementara gambar Feby, sehingga tampilan berita bisa lebih bervariasi. Gambar anak-anak kecil di lokasi kampanye, yang menjadi isu utama liputan ini, juga kurang ‘kaya’ alias masih sangat sedikit.

About jojoraharjo

jurnalis dan pi ar
This entry was posted in campus, politic and tagged , , . Bookmark the permalink.

Leave a comment